Selasa 24 Feb 2015 17:25 WIB

Kenaikan Harga Beras Bukan karena Penimbunan

Rep: C05/ Red: Ilham
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga membeli beras di agen beras Pasar Rumput, Jakarta Selatan, Senin (23/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Universitas Padjajaran, Arif Anshori Yusuf  tak sepakat jika dikatakan harga beras naik karena ditimbun para mafia beras. Sebab, bisnis beras sifatnya terbuka.

Arif menyatakan, komoditas beras merupakan komoditas yang sifatnya jamak dan umum sehingga semua orang dapat berbisnis beras. “Ini beda sifatnya dengan komiditi seperti minyak yang cenderung tertutp,” ujarnya , Selasa (24/2)

Di samping itu, kata Arif, dengan banyaknya pebisnis yang bermain di ranah beras, maka sulit terjadi penimbunan. Para mavia kesulitan untuk melakukan kordinasi antar pedagang besar jika ingin melakukan penimbunan. “Kalau mau menimbun beras, berarti pedagang tersebut kan harus mengkomunikasikan dengan banyak penjual. Saya pikir itu sulit,” kata Arief.

Sebelumnya, harga beras di pasaran terus mengalami kenaikan secara signifikan. Padahal pemerintah sudah menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali. Kenaikan harga beras di sejumlah kota di Indonesia berkisar antara 20 hingga 30 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement