Rabu 18 Feb 2015 08:19 WIB

Harga Minyak Dunia Naik

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Harga minyak dunia naik dalam perdagangan yang berfluktuasi pada Selasa (Rabu pagi WIB). Kondisi tersebut membalikkan penurunan sebelumnya, karena para pedagang terus mengawasi krisis di negara pengekspor minyak mentah Libya.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, naik 75 sen menjadi ditutup di 53,53 dolar AS per barel, pada hari terakhir perdagangan kontrak Maret.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April, acuan kontrak global, menetap di 62,53 per barel, naik 1,13 dolar AS dari penutupan Senin.

WTI menyentuh posisi terendah 50,81 dolar AS pada siang hari sebelum berbalik kembali ke wilayah positif di jam terakhir perdagangan.

"Ini merupakan gerakan yang cukup mengesankan," kata Bob Yawger dari Mizuho Securities, seperti dinukil Xinhua.

Yawger mengatakan pedagang tampaknya menyesuaikan kembali taruhan mereka karena kontrak berakhir.

"Saya tidak benar-benar melihat alasan mendasar untuk reli," kata dia, menambahkan yang menambahkan bahwa laporan persediaan mingguan dari Departemen Energi AS (DoE) mungkin akan 'bearish' untuk pasar.

Laporan stok minyak mingguan AS biasanya dirilis pada Rabu, laporan DoE dijadwal ulang menjadi Kamis karena hari libur umum pada Senin.

Laporan pekan lalu menunjukkan persediaan minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi.

Yawger mencatat Irak telah memangkas beberapa ekspornya, tetapi berita yang telah keluar pada Senin sore it. "Bukan yang mendukung pasar pada menit terakhir di sini," katanya.

Phil Flynn dari Price Futures Group mengatakan bahwa terhentinya sebagian besar pasokan di Libya telah mendukung harga minyak.

Pertikaian dan sabotase di Libya telah mengurangi produksi 150.000 barel per hari, turun dari tertingginya hampir 1,5 juta barel per hari.

Flynn mengatakan pemenggalan kepala Christians di Libya oleh militan yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam menunjukkan ancaman dari ekstrimis fundamentalis sedang meningkat.

"Premi risiko dalam minyak mungkin mulai kembali dan kelebihan minyak mungkin mengetat lebih cepat daripada yang banyak orang perkirakan," katanya.

Kenaikan harga minyak juga didorong oleh penurunan jumlah rig yang terus memacu pasar bergairah.

Perusahaan jasa ladang minyak AS Baker Hughes mengatakan pada Jumat lalu bahwa jumlah rig pengeboran minyak di negara itu turun 84 rig menjadi 1.056 rig, tingkat terendah sejak Agustus 2011.

Sementara itu, produsen-produsen energi terkemuka juga merencanakan untuk memangkas investasi dan jumlah rig mereka tahun ini dalam menghadapi jatuhnya harga minyak mentah, dimana investor melihatnya sebagai tanda untuk produksi yang lebih rendah di masa depan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement