REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Target negara dari perpajakan sebesar 29,5% atau Rp1474 triliun dianggap terlalu ambisius. Chief Economist Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu mengatakan, target pajak maksimal sebesar 20 persen.
"Target penerimaan APBNP 2015 lebih banyak tantangan daripada peluang, target penerimaan pajak tersebut sangat menantang, saya agak merinding melihat target begitu tinggi," jelas Anggito, Selasa (16/2).
Selama 10 tahun, Anggito mengisahkan, dirinya belum pernah melihat target penerimaan pajak setinggi ini. Menurut Abimanyu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang merosot hingga 5,02 persen juga akan menjadi salah satu hambatan pemenuhan target realisasi penerimaan pajak tersebut.
"Pemenuhan target pajak butuh ekstra effort. Itu bisa dicapai, namun tidak menolong perekonomian karena pertumbuhan ekonomi yang melambat membutuhkan relaksasi," ujar Abimanyu.
Lebih lanjut, Abimanyu menambahkan, jika pajak excessive (tinggi) maka akan berdampak ke masyarakat. Dia menilai bahwa masyarakat semestinya diberikan stimulus. Apalagi, lanjutnya, dalam kondisi deflasi dimana terjadi penurunan secara nominal.
"Sebab itu saya menyarankan agar pemerintah membuat mitigasi atau plan B. Jangan sampai belanja telah dibuat, namun anggaran tidak ada. Itu tantangan perbankan yang tidak mudah," lanjut Abimanyu.