Kamis 12 Feb 2015 16:09 WIB

CIMB Niaga Catat Laba Bersih Rp 2,3 Triliun

Rep: Elba Damhuri/ Red: Dwi Murdaningsih
Nasabah mengambil uangnya dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di salah satu kantor cabang Bank CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (21/6).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Nasabah mengambil uangnya dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di salah satu kantor cabang Bank CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank CIMB Niaga Tbk melaporkan perolehan laba bersih konsolidasi (teraudit) yang berakhir 31 Desember 2014 sebesar Rp 2,3 triliun. Pertumbuhan pendapatan bunga bersih tercatat 5,6 persen tahun ke tahun (yoy) menjadi Rp 10,7 triliun. 

"Perolehan laba bersih ini menghasilkan earning per share (EPS) sebesar Rp 93,2," kata Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid dalam siaran persnya, Kamis (12/2).

Arwin menjelaskan pendapatan operasional sebesar Rp 13,5 triliun didukung adanya kenaikan pendapatan bunga bersih 5,6 persen yoy. Memang, ada perlambatan pertumbuhan pada pendapatan nonbunga sebagai akibat dari adanya peraturan baru terkait bancassurance dan melemahnya kondisi pasar. 

Dengan total aset mencapai Rp 233,2 triliun per 31 Desember 2014 atau meningkat sebesar 6,5 persen, CIMB Niaga melanjutkan posisinya sebagai bank terbesar kelima di Indonesia dari sisi aset. 

Kredit di segmen korporasi tumbuh 26,2 persen menjadi Rp 55,4 triliun, kredit UMKM naik 12,2 persen menjadi Rp 34,9 triliun, sementara kredit perbankan komersial tumbuh 5,7 persen menjadi Rp 36,1 triliun. Adapun kredit di segmen Konsumer mengalami pertumbuhan sebesar 4,4 persen menjadi Rp 50,0 triliun.

Menurut Arwin, kondisi ekonomi Indonesia sepanjang 2014 sangat menantang akibat pemilu presiden, pencabutan subsidi, kenaikan inflasi, dan gejolak mata uang serta harga komoditas. Industri perbankan sendiri, kata dia, merasakan persaingan untuk menghimpun dana semakin ketat sedangkan pasar modal melemah dan kualitas aset menjadi perhatian. 

“Kami juga akan meneruskan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, pengelolaan risiko, infrastruktur dan meningkatkan sistem perbankan untuk mendukung tahap pertumbuhan  selanjutnya,” tutur Arwin.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement