Kamis 12 Feb 2015 15:22 WIB

Sepanjang 2014 IHSG Relatif Menguat, Ini Alasannya

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Karyawan memantau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada layar komputer di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (22/1). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kondisi pasar saham cenderung menguat dengan fluktuasi yang relatif moderat sepanjang 2014. Pasar Surat Berharga Negara (SBN) menguat seiring perbaikan persepsi risiko.

Kepala Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis OJK Imansyah mengatakan, kondisi Pasar Saham selama Januari 2015 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat. Penguatan tersebut didorong oleh penguatan di sektor properti, barang konsumsi, aneka industri, perdagangan dan keuangan.

"Peningkatan terbesar ada pada sektor properti namun di sisi lain penurunan index terjadi pada sektor pertanian, industri dasar, infrastruktur dan pertambangan," jelas Imansyah dalam konferensi pers paparan evaluasi perkembangan dan profil risiko industri jasa keuangan tahun 2014 di kantor pusat OJK, Jakarta, Kamis (12/2).

Pelemahan indeks sektor pertanian dan pertambangan, lanjutnya, dipengaruhi oleh berlanjutnya tren penurunan harga komoditas dunia. Posisi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana, per akhir Januari 2015 meningkat 2,40 persen atau sebesar Rp 5,8 triliun dibadingkan dengan bulan sebelumnya.

Peningkatan tersebut berasal dari net subscription sebesar Rp3,8 triliun dan kenaikan nilai sebesar Rp 2 triliun. Sementara itu, nilai investasi industri perasuransian mengalami peningkatan sebesar 2,12 persen dari Rp 616,2 triliun di bulan November 2014 menjadi Rp 616,2 triliun pada Desember 2014. Nilai investasi dana pensiun meningkat sebesar sebesar 0,91 persen dari Rp178,7 triliun menjadi Rp180,4 triliun.

Pertumbuhan piutang pembiayaan pada Desember 2014 melambat, aset perusahaan pembiayaan per Desember 2014 meningkat 1,90 persen (mtm) menjadi Rp420,4 triliun, piutang pembiayaan meningkat 5,22 persen (yoy) menjadi Rp366,2 triliun. Penyaluran piutang pembiayaan, tercermin dari Financing-to-Asset Ratio (FAR) yang  turun menjadi 87,10 persen dari posisi November 2014 sebesar 88,26 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement