REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Merespons rencana Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang berencana menutup impor jeroan dengan alasan menjaga martabat bangsa, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron mengingatkan agar menteri tak perlu merendahkan nilai makanan. Sebelumnya, Mentan Amran menyebut jeroan di luar negeri merupakan makanan anjing dan kucing.
Lantas, ia pun menyebut akan menutup impor jeroan ke Indonesia. "Kalau mau menutup impor ya tutup saja, toh itu otoritas pemerintah," kata dia kepada ROL pada Rabu (28/1).
Mentan, lanjut dia, tidak perlu menyebut makanan yang digemari kebanyakan warga Indonesia dan sebagian negara lainnya itu sebagai makanan binatang yang dikesankan rendah. Sebab, itu sama artinya dengan menyamaratakan masyarakat Indonesia dengan anjing dan kucing.
"Ini terlalu melanggar pembahasaan, ini kurang baik," lanjutnya.
Menyoal impor jeroan, ia mengaku sejak 2009 telah mencetuskan penutupan impor. Alasannya jeroan yang masuk ke Indonesia diragukan aspek kesehatan dan kehalalannya. DPR, lanjut dia, lebih mengutamakan daging saja yang diimpor ketimbang jeroan.
Namun, mengingat permintaannya yang tinggi, sementara pasokan dalam negeri terbatas, impor jeroan pun masih dilakukan. Ditegaskannya, urusan jeroan sama sekali tidak bisa disamakan dengan status sosial apalagi kaitannya dengan martabat bangsa. Pelarangan impor seharusnya murni karena itikad baik pemerintah untuk menjamin kesehatan masyarakat atas apapu yang dikonsumsinya.