REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Potensi investasi reksadana diperkirakan bakal terus membesar dengan akselerasi jejaring internet.
“Data kami menunjukkan tahun lalu bunga deposito perbankan tergerus laju inflasi dan berada jauh di bawah return reksadana,” kata Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra, Sabtu (17/1).
Pada tahun 2014, indeks reksa dana saham dan saham-syariah menghasilkan return masing-masing 24,01 persen dan 21,36 persen. Sementara itu, bunga deposito rata-rata bank BUMN periode 12 bulan hanya 8,7% per tahun (berdasarkan data Bank Indonesia per Oktober 2014).
“Perlu dicatat, itu belum memperhitungkan bahwa bunga deposito yang diterima nasabah masih akan dipotong pajak penghasilan (PPh) sebesar 25% dan biaya administrasi bank,” jelas Karaniya.
Sementara itu, angka inflasi tahunan per akhir November 2014 mencapai 6,24 persen. Artinya, di tahun kemarin return yang diperoleh dari bunga deposito hampir tergerus habis oleh inflasi. Jika dikurangi pajak, bunga deposito yang diperoleh hanya sekitar 6,52 persen.
Karaniya meyakini, potensi dunia investasi-online di Indonesia sangat besar. “Indonesia pasti akan bergerak mengikuti jalan yang telah ditempuh negara-negara maju,” katanya.
Saat ini, penetrasi investasi di Indonesia memang masih relatif rendah. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2013 total dana kelolaan reksa dana di Indonesia sekitar Rp192,5 triliun.
Dibandingkan negara-negara lain, angka itu tergolong kecil. Itu cuma sekitar 2% dibandingkan PDB Indonesia. Padahal, di Amerika Serikat total AUM sudah mencapai 82% PDB, Malaysia 49,6%, Thailand 20,3%, dan Filipina 19,5%. Di Singapura, bahkan sudah mencapai hampir 500% dari PDB.
Jumlah investor reksadana di Indonesia pun masih relatif sedikit. Diperkirakan baru sekitar 162 ribu orang. Artinya, ini cuma sekitar 0,07% dari total populasi. Jauh di bawah AS yang telah mencapai 85%, Malaysia 51%, dan bahkan Thailand yang sudah 2,2%.
“Dan karena itulah justru kami melihat ini peluang yang sangat besar ke depan,” ujar Karaniya.
Beberapa faktor melandasi keyakinannya itu. Di tahun 2015 ini, misalnya, pemerintah menargetkan jumlah investor di pasar modal akan mencapai sejuta orang. Untuk itu, pemanfaatan teknologi internet sedang serius didorong.
Penetrasi internet di Indonesia terus bertumbuh dengan sangat cepat, diproyeksi mencapai 20% lebih year-on-year. Tahun kemarin, jumlah pengguna Internet sudah mencapai 83,6 juta atau sekitar 33% dari total populasi. Di tahun 2015 ini, angka itu diprediksi akan meningkat jadi 93,4 juta atau sekitar 36,5%.
E-commerce sendiri terus merambat naik. Volume transaksi di tahun 2015 diperkirakan mencapai 3,56 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan 2,6 miliar dolar AS di tahun sebelumnya.