REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Setelah sempat hampir menembus Rp 13.000 per dolar AS, nilai tukar rupiah akhirnya menguat. Pada perdagangan Kamis (18/12) pagi, rupiah bergerak menguat ke level Rp 12.538 dari sebelumnya sebesar Rp 12.667.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro sudah memprediksi penguatan rupiah ini. Sejak awal, kata Bambang, masyarakat memang tidak perlu mengkhawatirkan tren pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Bambang menjelaskan, tekanan terhadap rupiah beberapa hari terakhir karena ada histeria dari para pelaku pasar menyusul adanya rapat Federal Open Market Commitee (FOMC) yang diprediksi bakal memutuskan kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat. Tapi ternyata, Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen menyatakan memilih bersabar.
"Sejak awal kan saya sudah bilang, pelemahan rupiah merupakan fenomena global yang temporer. Sekarang, begitu ada pernyataan netral dari the Fed (Bank Sentral AS) bahwa tidak ada agresivitas mempercepat normalisasi kebijakan moneter, market akhirnya kembali ke posisi normal," kata Bambang di Hotel Bidakara, Kamis (18/12).
Jadi, kata Bambang, lain kali apabila rupiah kembali melemah, jangan langsung panik. Pergerakan nilai rupiah jangan diperhitungkan saat mengalami pelemahan. Namun lebih baik jika juga sudah kembali menguat.
"Jadi biar kalian tahu sendiri jawabannya. Yang terjadi saat ini memang fenomena global dimana dolar memang menguat terhadap seluruh mata uang dunia. Percaya deh," ujar Bambang.