REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Rakyat Indonesia (BRI) mendukung keputusan pemerintah menghentikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) retail atau membatasi penyaluran KUR maksimal Rp 25 juta per debitur.
Coordinator Secretary (Corsec) BRI Budi Satria mengatakan, keputusan Kemenko Perekonomian sangat tepat. Menurutnya, segmen yang membutuhkan KUR adalah debitur Rp 25 juta ke bawah atau KUR mikro. Sedangkan debitur KUR retail di atas Rp 25 juta, kata Budi, termasuk kategori komersial.
"BRI mendukung sekali, kita siap dengan keputusan itu," kata Budi saat dihubungi Republika, Selasa (16/12). Budi mengatakan selama ini BRI menyalurkan KUR mikro. Bahkan KUR mikro menempati portofolio terbesar di BRI.
Diakui, tingkat non performing loan (NPL) atau kredit macet KUR mikro sangat kecil. Sedangkan NPL KUR retail dinilai lebih tinggi, disebabkan masalah penyaluran. Meskipun, semua lembaga keuangan menyalurkan pinjaman dengan kehati-hatian.
Sampai saat ini, BRI memiliki nasabah KUR mikro mencapai 3 juta orang debitur. Tahun ini, outstanding KUR mikro mencapai Rp 24,4 triliun dengan total NPL 2 persen. Budi optimistis NPL sampai akhir tahun di bawah 2 persen. BRI menargetkan pertumbuhan KUR mikro pada 2014 mencapai 15-17 persen dibanding tahun sebelumnya.
"NPL BRI paling kecil dari bank lain. Kalau pun BRI ditugaskan sebagai satu-satunya bank yang menyalurkn KUR kita siap," jelasnya.
Budi menilai, perbankan yang menyalurkan KUR mikro harus difokuskan. Sebab, dalam penyaluran KUR mikro butuh pemahaman karakter masyarakat dan komunitasnya. Budi mengatakan sampai saat ini BRI memiliki 10.200 kantor cabang BRI. Sehingga mampu menjangkau pelosok-pelosok dan diharapkan bisa mensinergikan pemberian KUR yang baik.