REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah 171 poin menjadi Rp12.884 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.713 per dolar AS.
"Mata uang rupiah melemah tajam bersama mata uang lain di Asia. Kombinasi antara aksi jual asing di pasar modal, harapan kenaikan suku bunga the Fed serta besarnya kebutuhan dolar AS domestik menjadi penyebab utama pelemahan rupiah," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa (16/12).
Ia memperkirakan mata uang rupiah masih akan berada dalam tren pelemahan terhadap dolar AS hingga kuartal I 2015, tetapi akan membaik lagi hingga akhir 2015 walaupun dengan potensi akan ada koreksi tajam lagi saat kenaikan suku bunga the Fed yang diperkirakan terjadi di 2015.
"Hari ini (Selasa, 16/12) rupiah masih akan berada di dalam tren pelemahan walaupun tekanannya cenderung mulai akan berkurang dibandingkan hari sebelumnya," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa nilai tukar rupiah kembali tertekan cukup dalam di tengah spekulasi aksi jual pada aset-aset di pasar negara-negara berkembang.
"Dampak aliran dana keluar mulai dirasakan mata uang Asia, yang mana membuat rupiah ikut melemah. Aliran dana terlihat keluar dari bursa saham dan obligasi di Indonesia menjelang akhir tahun," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, ekspektasi bahwa Federal Reserve kemungkinan melihat tanda-tanda perbaikan ekonomi Amerika Serikat sehingga akan mendorong untuk menaikan suku bunganya.
"Suku bunga yang lebih tinggi bisa mendorong arus investasi masuk ke AS, dan itu menguntungkan dolar AS," katanya.