REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar dinilai tidak begitu berdampak signifikan terhadap pertumbuhan investasi. Rupiah melemah di level Rp 12.599 pada penutupan pertama per Senin (15/12).
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, mengatakan investasi dan pelemahan rupiah sehingga meningkatkan biaya impor itu dua hal yang berbeda. Menurutnya, investasi mempertimbangkan hal yang jauh lebih besar daripada pelemahan rupiah.
Seperti menyangkut masalah kegiatan-kegiatan investasinya termasuk kemanan dan stabilitas politik. "Stabilitas rupiah hanya menjadi bagian saja, yang saya tahu tidak ada karena pelemahan rupiah membatalkan investasi," kata Franky kepada wartawan di Kantor BKPM, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (15/12).
Meskipun, kalau saya dilihat semua investasi membutuhkan komponen impor. Hal itu tidak bisa dihindari karena bahan baku industri dalam negeri sekitar 70-80 persen masih mengandung impor. Bahkan bahan baku obat farmasi 90 persen dari impor.
"Tetapi pemerintah mendorong investaasi di bidang maritim dan pertanian yang bahan baku banyak di dalam negeri," imbuhnya.
Nantinya, di tahun 2015, BKPM menargetkan pertumbuhan investasi mencapai 20 persen dibanding 2014. Target tersebut didukung dengan penerapan palayanan perizinan penanaman modal secara online. Franky juga mengaku bakal membidik investasi baru dan perluasan investasi di 2015, termasuk penyebaran investasi di luar Pulau Jawa.