REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mundurnya Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Emirsyah Satar dinilai normal. Emirsyah disebut sebagai penyelamat Garuda di ambang kebangkrutan.
Mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu berpendapat, Emirsyah Satar dua kali berjasa besar menyelamatkan Garuda. Pertama, sewaktu menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Direktur Utama dijabat oleh Robby Djohan. ''Kedua, ketika Emirsyah menjabat sebagai Dirut menyelamatkan Garuda di ambang pailit pada 2005,'' kata dia kepada ROL, Kamis (11/12) sore.
Menurut Said, pengunduran diri Emirsyah Satar tidak ada yang aneh. Namun, publik kemungkinan melihatnya mundur setelah Garuda merugi Rp dua triliun. Akan tetapi, Emirsyah tidak mungkin menjabat lagi. Alasannya, pada Maret 2015 masa jabatannya habis dan sudah memimpin Garuda selama dua periode.
Dengan mundur lebih awal, dirut baru bisa memegang kendali lebih cepat. Masalah kerugian, kata Said, itu hanya masalah ketidakberuntungan. Ketika itu, kondisi bisnis memang sedang tidak kondusif.
Dia berpandangan, para pemegang saham harus secepatnya menunjuk dirut pengganti Emirsyah.