REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia mengandangkan setidaknya 15 jet karena kesulitan biaya perawatan. Sebagian besar pesawat yang dihentikan dioperasikan oleh unit berbiaya rendah Garuda, yaitu PT Citilink.
Hal itu disampaikan oleh sumber yang mengetahui persoalan ini, dikutip Bloomberg, Selasa (6/5/2025). Beberapa pemasok maskapai penerbangan nasional Indonesia tersebut juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena kekhawatiran atas situasi keuangan Garuda.
Perwakilan Garuda, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, tidak menanggapi permintaan komentar.
Maskapai tersebut memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat yang disimpan, menurut data terbaru yang tersedia dari Cirium, yang melacak armada maskapai.
Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi mengatakan Garuda Indonesia Group mengoptimalkan kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global, khususnya dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.
"Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global," katanya.
Dia menyebutkan satu armada Garuda dan 14 armada Citilink saat ini tengah menunggu penjadwalan perawatan rutin berupa heavy maintenance dan penggantian suku cadang. Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini.
"Tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan, sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang," ucapnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa proses heavy maintenance diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan.