Ahad 07 Dec 2014 17:33 WIB

Tahun Depan Tantangan Perbankan Berat

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Maman Sudiaman
Suku bunga kredit/ilustras
Foto: ist
Suku bunga kredit/ilustras

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Direktur Komersial, Ahmad Irfan mengaku, tantangan perbankan, termasuk bank pembangunan daerah (BPD) pada 2015 cukup berat. Pertumbuhan laba perbankan, dinilai akan melambat pada kisaran 10 persen hingga 13 persen.

Sepanjang tahun ini, pertumbuhan laba perbankan berada pada kisaran 13 persen sampai 15 persen. "Jika melihat tren tiga tahun terakhir, pertumbuhan laba bank umum berpotensi terus melambat," katanya, baru-baru ini di Bandung.

Ahmad memprediksi, dalam satu sampai tiga tahun ke depan, kecenderungan tersebut berpotensi berlanjut. Karena,  didukung oleh kebijakan yang akan diambil Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menekan suku bunga kredit. Kebijakan tersebut, dinilai akan menurunkan margin perbankan.

Tahun depan juga, kata dia, disinyalir masih akan diwarnai dengan kecenderungan perbankan memperkuat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan loan to deposit ratio (LDR), disamping penguatan ekuitas masing-masing bank. Proyeksi LDR tahun depan masih berada di kisaran 90 persen sampai 92 persen.

"Rata-rata bank saat ini menggunakan 90 persen funding dari DPK dan hanya 5 persen dari penerbitan obligasi, sekitar Rp 82 triliun," katanya.

Meskipun tahun depan cukup berat, kata dia, BJB tetap optimistis bisa mencapai kinerja yang lebih baik. Salah satunya, karena prospek di sektor infrastruktur. Optimistis tersebut, tercermin dari proyeksi pertumbuhan bisnis BJB, yang untuk aset ditargetkan berada pada kisaran 13 persen.

Sementara pertumbuhan kredit, kata dia, diproyeksikan berada pada angka 17 persen. Target pertumbuhan kredit komersil 15 persen-20 persen, kredit mikro 10 persen-15 persen, konsumer 15 persen-20 persen, dan kredit kepemilikan rumah (KPR) 5 persen-10 persen. DPK diproyeksikan tumbuh 15 persen, dengan pertumbuhan giro pada 17 persen-20 persen, tabungan 15 persen-20 persen, dan deposito 16 persen-20 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement