Kamis 04 Dec 2014 18:14 WIB

Bank Dunia Dorong Pencegahan Kekerasan Perempuan-Anak

Bank Indonesia
Foto: Prayogi/Republika
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia mendorong adanya kerja sama dengan lembaga pembangunan dan institusi finansial internasional lainnya untuk memainkan peran dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.

"Kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak adalah kebiadaban," kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (4/12).

Untuk itu, ujar Jim Yong Kim, hal tersebut membutuhkan perhatian segera sebagai bentuk pelanggaran dari hak asasi manusia yang mendasar di berbagai belahan dunia.

Ia mengingatkan bahwa penderitaan yang dialami individu itu juga bakal membebani beban ekonomi baik terhadap keluarga, komunitas, maupun kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Presiden Bank Dunia menyatakan lembaga pembangunan dan institusi finansial internasional sebenarnya memiliki peran dan posisi yang unik guna mencegah kekerasan yang dinilai telah mewabah secara global ini.

Peran tersebut dapat dilakukan dengan mencegah dan mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak baik seperti di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk menjangkau program kemitraan guna membagi keahlian untuk membagi praktik dan mempromosikan investasi dalam strategi guna mencegah dan merespons terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Berdasarkan data WHO, pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 35 persen dari perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan seksual atau fisik.

Sebagian besar dari para korban tidak mencari bantuan atau memberitahukan orang lain mengenai peristiwa yang mereka alami.

Sejumlah penelitian seperti di Amerika Serikat menyatakan bahwa biaya kesehatan perempuan yang mengalami kekerasan fisik rata-rata 42 persen, lebih tinggi daripada perempuan yang tidak mengalami kekerasan fisik.

Penelitian lainnya juga menyatakan bahwa tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak juga dapat membebani biaya ekonomi total setidaknya lima persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) secara global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement