REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Garuda Indonesia menilai penerbangan langsung ke Myanmar sangat potensial karena lalu lintas penerbangan yang meningkat dari tahun ke tahun.
"Potensinya bagus, apalagi dengan adanya Open Sky, sehingga bisa untuk membuka 'direct flight'," kata Direktur Utama Garuda Emirsyah Satar usai penandatanganan kerja sama dengan Myanmar Airways International di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Selasa (25/11).
Dia menyebutkan peningkatan lalu lintas meningkat dari 4.000 penerbangan pada 2013 menjadi 6.000 penerbangan pada 2014.
Namun, Emirsyah mengatakan pihaknya masih melihat potensi yang dimiliki negara tersebut secara bertahap, baik dari segi areanya maupun kemampuan sumber daya manusianya.
"Kita harus bertahap, karena itu kita investasi pelan-pelan bahwa Myanmar ini potensinya besar sekali," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya memulai dengan kerja sama terlebih dahulu terkait pembagian rute penerbangan atau "code share" untuk melihat potensi penumpang, kemudian merencanakan langkah yang lebih serius untuk membuka penerbangan langsung.
"Kita lihat dulu, kalau memang sangat potensial, 'why not' (kenapa tidak), pokoknya dengan penandatanganan ini, kita melihat dalam satu bulan ini potensinya yang mana-mana," katanya.
Dengan adanya pembagian rute penerbangan, menurut dia, akan memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa untuk melaksanakan penerbangan pada jaringan penerbangan kedua maskapai dan menuju Myanmar dan Indonesia melalui Singapura dan Bangkok.
Garuda akan menempatkan nomor penerbangannya (flight number) pada penerbangan Myanmar Airways International rute Bangkok-Yagon (pp) dan Singapore-Yagon (pp).
Sebaliknya, Myanmar Airways International akan menempatkan nomor penerbangannya pada penerbangan Garuda Indonesia untuk rute Jakarta-Bangkok (pp)-Singapura (pp).
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Ito Sumardi mengatakan potensi sektor penerbangan sangat besar di Myanmar yang menjadi peluang bisnis untuk Indonesia.
"Pengalaman saya, selama pp (pulang pergi) Jakarta-Myanmar, semua pesawat terisi penuh, sehingga kadang kita harus nunggu 'waiting list', ini satu peluang bisnis, sehingga prospeknya sangat baik," katanya.
Ito mendorong bentuk kerja sama tersebut bisa ditingkatkan tidak hanya penerbangan saja, tetapi juga fasilitas perawatan pesawat, pesawat kargo dan sebagainya.