REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengungkapkan, salah satu langkah pemerintah untuk menekan dampak jangka panjang kenaikan BBM adalah dengan menggalakkan lagi konversi BBM (bahan bakar minyak) ke BBG (bahan bakar gas).
"Kita akan pacu konversi ini," ujar Indroyono kepada Republika, Ahad (23/11).
Indroyono menjelaskan, upaya ini demi menggeser ketergantungan masyarakat Indonesia pada BBM. Dengan konversi, lanjut dia, sumber daya alam Indonesia berupa gas alam dapat lebih terserap.
"Untuk menuju ke sana, Pertamina dan PGN (Perusahaan Gas Negara) berencana membangun stasiun BBG di beberapa daerah," katanya.
Indroyono melanjutkan, untuk menyukseskan upaya konversi ini, pemerintah berniat akan memberikan insentif kepada konsumen. Namun, dia mengaku, hingga saat ini bentuk insentif ini belum diputuskan.
"Masih dicari gimana yang terbaik. Kalau dulu, insentif kan dalam bentuk konverter gratis kepada masyarakat. Nah, untuk yang sekarang masih dicari dulu," lanjutnya.
Konversi BBM ke BBG ini, diyakini dapat menyasar kepada masyarakat menengah hingga mendekati miskin yang selama ini ikut menggunakan BBM, sehingga dengan kenaikan harga BBM akan sangat terdampak.
Namun, Indroyono juga menambahkan, kendala utama konversi BBM ke BBG ini adalah masalah lahan. Hingga kini, menurutnya, pemerintah masih kesulitan dalam menentukan lokasi yang tepat untuk membangun stasiun BBG.
"Kita harus cari tanah untuk bangun stasiun (BBG) ini," jelasnya.
Sebelumnya, Dirjen Migas Kementerian ESDM naryanto Wagiman mengatakan tahun depan pemerintah akan mengembangkan lima stasiun BBG di lima kota Indonesia: Sorong, Balikpapan, Subang, Lhokseumawe, dan Semarang.
"Kalau kami akan meningkatkan infrastrukturnya. Dalam hal ini jaringan pipa gasnya," jelas Naryanto kepada Republika beberapa waktu lalu.