REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) mengatakan untuk bisa menekan impor minyak salah satunya adalah dengan menggunakan bahan bakar gas. Sekertaris Jenderal Kementerian ESDM, Ego Syahrial, menjelaskan selain menekan impor minyak secara konsumsi ke masyarakat, harga Bahan Bakar Gas (BBG) lebih murah daripada bensin.
Ego mencontohkan, pemerintah mematok harga BBG sebesar Rp 4.500 per liter setara Premium (LEP). Sedangkan jika dibandingkan harga premium saat ini yang dibanderol sebesar Rp 6.450 per liter.
"Contohnya gini ajalah kita sekarang kita sekarang menggunakan bahan bakar subsidi solar alokasinya berapa hampir 15 juta kiloliter (KL) itu diesel. kita pake premium rata2 yang subsidi sekitar 15 juta kl. 10 persen aja bisa dihemat dengan harga segitu bisa bayangin dampaknya," ujar Ego di Karawang, Selasa (17/12).
Namun Ego juga mengakui bahwa untuk bisa memasifkan program BBG ini butuh dukungan semua pihak baik pemerintah maupun para industri mobil dan juga kesadaran masyarakat. "Makanya kami mendorong ini supaya masif dan juga mengajak masyarakat untuk bisa beralih ke energi bersih," ujar Ego.
Dari sisi neraca migas, Ego juga memastikan bahwa pasokan gas dalam negeri sangat berlimpah. Jika dibandingkan dengan minyak yang masih harus impor karena tertekan produksi minyak yang belum maksimal.
"Pasokan gas, baik itu CNG, gas pipa, LNG itu mau seberapapun kebutuhannya sangat cukup sekali produksi kita," ujar Ego.
Ego juga menjelaskan bahwa selama ini pemerintah baru mengajak dan memberlakukan penggunaan BBG ini pada transjakarta dan bajai saja. Namun, kata Ego kedepan pemerintah akan mengenalkan lebih gencar lagi BBG ini kepada masyarakat.
"Kita inginnya kendaraan pribadi juga seperti itu kendaraan dinas pemerintah sudah mencoba tahun 2015 setiap tahun pemerintah mengadakan dengan APBN pemberian secara gratis tabung CNG pada kendaraan dinas seluruh indonesia. Tapi memang kemanpuan anggaran pemerintah terbatas. Inginnya swasta masyarakat secara umum juga beralih," ujar Ego.
Untuk itu, kata Ego, pemerintah mengapresiasi pengoperasian SPBG yang dibangun di Karawang yang bekerja sama dengan NEDO, perusahaan asal Jepang yang bekerjasama dengan Pertamina dan PGN untuk memasifkan penggunaan BBG.