Sabtu 15 Nov 2014 00:40 WIB

Asia Berpotensi Kembangkan Keuangan Syariah

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Esthi Maharani
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Negara-negara Asia berpotensi mengembangkan industri keuangan Islam jika memahami perubahan aktifitas ekonomi global masa depan.

Penyokong dana Malaysia's Islamic Finance Initiative, Sultan Perak, Sultan Nazrin Shah, mengatakan regional Asia, terutama Asia Timur dan Tenggara, diharapkan bisa berkontribusi hingga 50 persen pertumbuhan ekonomi global pada 2018.

''Kawasan Asia diharapkan bisa tumbuh dua kali lebih cepat dalam satu dekade mendatang,'' kata Sultan Nazrin dalam Forum Keuangan Islam Kuala Lumpur 2014 (KLIFF 2014) seperti dikutip Bernama, Rabu (12/11).

Ia mengatakan Asia tengah menyaksikan proses tingkat kesejahteraan yang tidak berjalan paralel. Asia bisa menjadikan keuangan Islam, baik kreasi aset maupun jasa manajemen aset naik ke level lebih tinggi dengan membuat individu di regional lebih sejahtera.

Konsep ini yang diharapkan para analis bisa melampaui kemajuan ekonomi yang pernah dicapai Eropa dan AS. Golongan masyarakat menengah yang ekonominya makin kuat menjadi faktor penentu.

''Peningkatan ini enam kali lebih besar dari 2009 yang hanya 525 juta. Dengan tingginya tingkat simpanan dan meningkatnya pendapatan, potensi ekspansi konsumi jangka panjang jadi sangat besar,'' ungkap Sultan Nazrin.

Populasi Asia juga telah berjumlah lebih dari 600 juta jiwa atau setengah populasi Cina dan dua kali populasi AS.

Sultan Nazrin juga mengungkapkan Organisasi Kerja sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) telah memprediksi Asia akan menyumbang 66 persen atau sekitar 3,2 miliar orang dari total konsumsi oleh golongan menengah pada 2030.

OECD memproyeksikan pertumbuhan //gross domestic product// Asia mencapai 5,5 persen hingga 2017.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement