REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Jumlah aset di perbankan syariah terus tumbuh hingga 30 persen per tahun meski total kontribusinya baru 5 persen dari aset perbankan total.
Direktur Utama Bank Syariah Bukopin (BSB) Riyanto mengatakan, pertumbuhan aset perbankan syariah dalam kisaran 23 sampai 30 persen per tahun. Sementara bank konvensional pertumbuhannya hanya 10 persen.
Namun, kontribusi aset bank syariah baru 4,9 persen dari keseluruhan bank di Indonesia karena bank konvensional memiliki akumulasi aset yang memang sudah banyak, yaitu sekitar Rp 2.000 triliun.
Sedangkan aset total bank syariah hanya kurang lebih Rp 200 triliun. “Jadi, bank syariah tidak bisa bersaing head to head dengan bank konvensional karena tidak seimbang (jumlah asetnya),” kata Riyanto di sela-sela acara seminar Indonesia International Conference on Islamic Finance di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Selasa (4/11).
Tetapi bagaimanapun, pihaknya menilai bank syariah tetap berkembang karena asetnya terus tumbuh. Selain itu, jumlah nasabah dan pangsa pasarnya juga bertambah. Untuk tetap memacu pertumbuhan bank syariah, kata Riyanto, sebenarnya ada cetak biru (blue print) pertumbuhan bank syariah yang diperbarui setiap tahun.
Dalam blue print itu terdapat tiga target pertumbuhan. Pertama target pertumbuhan optimistis, kedua target pertumbuhan menengah, dan terakhir target pertumbuhan pesimistis. “Untuk target pertumbuhan optimistis yaitu di atas 30 persen, target pertumbuhan menengah atau moderat sebesar 20-30 persen, dan target pesimistis di bawah 20 persen,” jelasnya.
Namun sayangnya, pihaknya mengakui pembaruan blue print itu kini terkendala. Ini karena peralihan pengambil alihan persoalan pengawasan perbankan dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Padahal, dengan konsep target pertumbuhan blue print itu ada fokus sasaran yang kita capai,” ujar Riyanto.