Selasa 04 Nov 2014 21:07 WIB

Pemerintah tak Ingin Kena "PHP" Harga Minyak Mentah

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)
Foto: En.wikipedia.org
Sebuah mesin berat memompa minyak mentah dari ladang minyak di Lubbock, Texas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA - Pemerintah tidak ingin terlena dengan turunnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) pada Oktober ini. Sebab, harga minyak mentah bisa berubah suatu waktu.

Direktur Jenderal Keuangan Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, turunnya harga ICP yang kini berkisar di angka 83,7 dolar AS memang mendatangkan angin segar. Pemerintah, kata dia, memiliki peluang realisasi anggaran subsidi BBM pada 2014 ini tidak jebol.

"Dengan turunnya ICP seperti sekarang, ada tendensi realisasi (anggaran subsidi BBM) berada sedikit di bawah pagu walaupun kurs rupiah melemah. Ini perkiraan tanpa memasukkan elemen volume," kata Askolani di kantor Kementerian Keuangan, Selasa (4/11) malam.

Seperti diketahui, harga ICP pada APBN Perubahan 2014 diasumsikan sebesar 105 dolar AS per barel. Sementara nilai kurs dipatok sebesar Rp 11.600 per dolar AS. Dengan volume BBM sebesar 46 juta kiloliter, pemerintah menyediakan anggaran subsidi BBM sebesar Rp 246,5 triliun.

Kendati begitu, Askolani enggan menyebutkan berapa selisih anggaran jika harga ICP serta kurs bertahan seperti sekarang hingga akhir Desember.

"Saya tidak ingin menyebut angka. Bulan lalu saja saya menyebut anggaran subdisi bbm bisa melebihi pagu (jebol). Tapi sekarang saya sebut lebih sedikit di bawah pagu dengan turunnya ICP.  Ini semua masih bergerak. Besok lusa bisa saja naik ICP. Pokoknya kalau dengna kondisi sekarang bisa sedikit di bawah pagu," Askolani menuturkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement