REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani memprediksi anggaran untuk subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) bakal melampaui batas yang telah ditetapkan. Salah satu faktor pemicunya karena pelemahan nilai kurs Rupiah terhadap Dolar AS.
"Ada potensi melampaui target. Tapi ini hanya kemungkinan. Kami masih melakukan review," kata Askolani di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (29/10).
Seperti diketahui, alokasi untuk subsidi BBM pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014 ditetapkan sebesar Rp 246,5 triliun untuk kuota bbm subsidi sebesar 46 juta kiloliter.
Askolani belum bisa memastikan seberapa besar pagu tersebut akan terlampaui.
Namun, jika mengacu dengan nilai kurs Rupiah yang mencapai Rp 12 ribu per Dolar AS, kelebihannya diprediksi mencapai Rp 10 triliun. Padahal, dalam APBN-P 2014, nilai kurs yang digunakan sebesar Rp 11.600. Per Dolar AS.
"Angka pasti belum bisa disampaikan. Bisa lebih sedikit. Kami masih menghitung-hitung dan melakukan pemantauan per dua minggu," tambahnya. Dia menambahkan, selain nilai kurs, faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah Indonesia Crude Price (ICP) dan juga volume BBM subsidi itu sendiri.
Khusus volume, pemerintah saat ini masih mempertimbangkan kebijakan mengingat kuota sebesar 46 juta kl diprediksi sudah akan habis sebelum 31 Desember. Terhitung sampai 25 Oktober, kuota BBM bersubsidi 2014 tersisa 7,5 juta kiloliter, sementara masih ada dua bulan lagi sampai akhir tahun.
Pertamina sebelumnya memprediksi kuota Premium bakal habis pada 24 Desember 2014. Sementara Solar pada awal Desember 2014. Ini menyusul tingginya tingkat konsumsi bahan bakar kendaraan.
"Intinya kami masih harus memantau nilai kurs, ICP, dan juga volume. Ini semua angkanya dinamis," ujarnya.