Selasa 21 Oct 2014 16:19 WIB

Koperasi Perkuat Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pekerja memanen tandan buah segar kelapa sawit. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Sawit merupakan komoditas bisnis yang sifatnya harus diusahakan dalam skala besar untuk menekan harga. Dengan kondisi perkebunan sawit rakyat saat ini yang berskala kecil dan terpencar, akan lebih baik jika disatukan dalam satu unit koperasi.

Ketua Pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Bungaran Saragih mengatakan jika pembudidaya sawit berada di bawah naungan unit koperasi maka petani sawit itu punya posisi tawar yang lebih kuat. “Kalau petani sawit punya organisasi massa tapi tidak punya organisasi ekonomi maka manfaat ekonomi tidak bisa dimaksimalkan,” kata Bungaran kepada wartawan, Selasa (21/10) di Jakarta.

Organisasi massa, lanjutnya, tidak memiliki kekuatan bisnis sehingga tidak memungkinkan dilakukan transaksi perdagangan atau penyaluran dana. Dengan adanya gerakan koperasi, maka pengusahaan kelapa sawit oleh petani dapat dikembangkan menjadi bisnis yang lebih besar. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan mampu menyaingi perusahaan-perusahaan sawit swasta. Ia menuturkan penguatan kelembagaan petani sawit adalah hal yang penting dilakukan.

Petani sawit memiliki sifat ketergantungan satu sama lain. Karena, petani sama-sama memasarkan produk tandan buah segar (TBS) secara kolektif. Artinya ada sifat bawaan dalam komoditas ini yang memudahkan petani bersatu. Dengan demikian, pembinaan petani akan lebih mudah dilakukan. Khususnya untuk menjawab tantangan standar mutu pasar internasional dalam jangka menengah maupun peningkatan posisi petani melalui pengembangan petani ke industri hilir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement