Selasa 21 Oct 2014 15:16 WIB

Suatu Saat Bisa Swasembada Gula, Tapi...

Rep: C88/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petani tebu  (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani tebu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih mengatakan hampir mustahil bagi Indonesia untuk bisa mencapai swasembada gula. Namun bisa saja terjadi jika rakyat dan pemerintah mau bekerja keras.

“Kita usahakan untuk terus berswasembada tapi tidak usah ngoyo,” tambahnya.

Upaya untuk menggenjot produksi gula agar mencapai swasembada harus ditopang oleh kebijakan, organisasi, dan sumber daya yang baik. Bungaran menilai selama ini pemerintah hanya mencanangkan target swasembada gula tetapi tidak dibarengi dengan kebijakan dan fasilitasi yang memadai.

Terkait program swasembada lain yang ditargetkan oleh Jokowi yakni swasembada beras dan jagung, ia menilai target itu lebih mungkin untuk diraih. Dalam mencapai swasembada beras, Bungaran menyarankan untuk tidak hanya berfokus pada peningkatan produktivitas dan perluasan lahan. Akan tetapi lebih ditekankan pada program diversifikasi pangan.

Masyarakat harus dibiasakan untuk mengonsumsi bahan pangan lokal selain beras. Karena, konsumsi beras per kapita di Indonesia sangat tinggi mencapai 139 kilogram per kapita per tahun. Sementara Thailand hanya sekitar seratus kilogram per kapita per tahun dan Jepang 65 kilogram per kapita per tahun.

“Saya optimistis kalau ada revolusi mental pada pola makan kita, Indonesia tidak akan hanya bisa mempertahankan swasembada beras tetapi juga mampu mengekspor,” jelasnya.

Swasembada jagung, lanjutnya, dapat dilakukan dengan program hibridisasi. Dengan penggunaan benih jagung hibrida, produktivitas dapat ditingkatkan dari yang hanya sekitar tiga ton per hektar menjadi tujuh ton per hektar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement