REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, mengatakan, ada keinginan kuat untuk mencari solusi di bidang pembiayaan di sektor kelautan dan perikanan ini. Apalagi, keinginan pemerintah baru yang mewacanakan laut jadi penggerak roda ekonomi. Sehingga, sektor ini harus mendapat perhatian serius.
"Sektor laut kita masih terbelakang," ujarnya. Saat ini, perlu ada perubahan cara pandang. Lima tahun kedepan, paradigma laut harus berbeda. Laut harus memiliki nilai tambah.
Salah satunya, dengan mendorong nelayan untuk mendapatkan bantuan modal.Terutama nelayan kecil.
Karena itu, pihaknya akan menggandeng perbankan untuk bisa memberikan bantuan permodalan itu. Pihaknya juga, akan merumuskan untuk menyederhanakan persyaratan pinjaman. "Ini solusi jangka pendek," ujarnya.
Sedangkan, untuk solusi jangka panjangnya, pihaknya akan mendorong supaya banyak pengusaha di sektor ini yang berkecimpung di pasar modal. Pasalnya, sampai saat ini pengusaha di sektor ini masih minim yang terjun di pasar modal.
Baru ada 17 pengusaha dengan total komisi sekitar Rp 9,2 triliun. Selain itu, pengusaha di sektor ini juga akan didorong untuk memanfaatkan surat utang. Jadi, mereka bisa mengeluarkan surat utang itu ke bank konvensional ataupun syariah. "Ini yang akan kami dorong dalam jangka panjang," jelasnya.
Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan Kadin Indonesia, Yugi Prayanto, mengatakan, perlu kerja sama untuk mendorong sektor kelautan dan perikanan ini. Mengingat, potensi sektor ini sangat besar. Namun, belum termanfaatkan secara optimal.
"Makanya, kami sengaja mengundang OJK, perbankan dan lembaga penjamin pinjaman untum membahas masalah ini," ujarnya.
Kadin juga mendorong pengembangan dunia usaha di sektor ini. Yakni, melalui kemudahan akses pembiayaan dari perbankan. Pasalnya, dukungan perbankan ini masih sangat minim, jika dibanding sektor lainnya.
Berkenaan dengan ini, Kadin meminta OJK untuk menggodok regulasi khusus guna menggenjot penyaluran kredit ke sektor kelautan dan perikanan. Pasalnya, sampai saat ini nilai kredit di sektor ini masih kecil sekitar Rp 12,5 triliun. Atau kurang dari satu persen dari total kredit perbankan yang ada.