Selasa 07 Oct 2014 18:07 WIB

Semester Kedua, Industri Infrastruktur Kembali Bergairah

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Suasana pembangunan infrastruktur perkotaan Jakarta, Rabu (25/6).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Suasana pembangunan infrastruktur perkotaan Jakarta, Rabu (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Geliat investor membidik sektor infrastruktur di Indonesia mulai terlihat. Bidang konstruksi di Indonesia diprediksi akan maju semakin cepat.

Sales Operation Manager PT. Kyokuto Indomobil Distributor Indonesia, Justinus Ade Sanjaya mengaku optimis merebut pasar kontruksi di Indonesia. Pihaknya melihat masih besar peluang untuk berbisnis peralatan konstruksi, seperti truk pengaduk semen atau yang dikenal dengan istilah truk molen.

"Kebutuhan akan produk konstruksi yang berkualitas sangat besar," katanya kepada Republika, Selasa (7/10).

Saat ini truk molen biasa digunakan untuk pembangunan skala besar, termasuk ruko, apartemen dan gedung bertingkat. Nantinya PT. Kyokuto Indomobil Distributor Indonesia mengarah pada penyediaan truk molen berukuran kecil yang dapat menjangkau lokasi perumahan.

Sekretaris Umum Ikatan Ahli Pracetak dan Prategang Indonesia (IAPPI) Hari Nugraha Nurjaman mengatakan pangsa pasar infrastruktur masih sangat luas, terutama untuk bidang yang spesifik. Untuk pra-cetak misalnya, saat ini baru 14 persen yang telah digarap industri. Padahal di Eropa, bidang pracetak konstruksi seperti ini sudah banyak berkembang sejak sepuluh tahun yang lalu.

"Dengan pracetak, kualitas  konstruksi lebih terjamin, supply juga bisa lebih cepat, lebih ekonomis, dan mendukung pembangunan berkelanjutan," kata Hari. 

Namun pembangunan konstruksi di Indonesia masih mengandalkan cara konvensional. Cara ini membutuhkan waktu realisasi yang lama dan biaya operasional yang lebih mahal dibandingkan dengan pra-cetak.

Presiden Direktur PT UBM Pameran Niaga, Christopher Eve mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar jasa kontruksi terbesar di ASEAN dengan nilai sebesar 267 milyar dolar AS. Untuk itu diharapkan ada lebih banyak fasilitas untuk membangun jejaring antara pelaku industri konstruksi.

"Indonesia adalah pasar konstruksi paling menguntungkan di ASEAN dan nomor 2 terbesar di Asia," kata dia saat konferensi pers Concrete Show South East Asia, Selasa (7/10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement