Rabu 01 Oct 2014 10:33 WIB

BCA Ingin Greenbanking Menguntungkan Semua

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja (kiri) dan Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono (kedua dari kiri).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja (kiri) dan Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono (kedua dari kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mengenai kajian greenbanking, PT Bank Central Asia meminta agar konsepnya menguntungkan semua. Baik bagi bank dan nasabah, jika memang diterapkan.

Ditemui usai penyerahan donasi reforestasi hutan pantai Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi kepada World Wide Fund (WWF), Presiden Direktur PT Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja mengaku sementara ini BCA belum mempunyai tenaga ahli bank hijau. Namun jika WWF mempunyai benchmark greenbanking, mungkin itu bisa dipakai.

''OJK nampaknya sedang mendalami itu, memang tidak mudah memilahnya. Pembangunan hotel yang merusak pantai memang ada, tapi ada juga yang membuat pier untuk menahan abrasi,'' tutur Jahja, Selasa (30/9).

Diakui Jahja, BCA belum mahir memilah itu dan masih mengandalkan pembiayaian usulan pembangunan dengan menggunakan amdal. Bisa saja diadakan studi untuk pendalaman sehingga kriteria pembangunan ramah lingkungan yang boleh mendapat pembiayaan menjadi lebih jelas.

''Kecuali memang ada informasi suatu kawasan memang terlarang dibangun. Karena itu kami butuh informasi yang bisa dipertanggung jawabkan,'' kata Jahja.

Ia mengatakan semua pihak, nasabah dan bank, tentu ingin tetap tumbuh. Karena itu perlu ada win win solution dengan standar yang seragam.

CEO WWF Efransyah mengatakan sebagai lembaga swadaya masyarakat, WWF harus bisa memengaruhi konsumen dan produsen yang merupakan bagian komunitas sosial.

Jika ingin bumi tetap ada, maka harus ada usaha mengedukasi konsumen agar lebih bijak dalam memilih dan berpikir. Misalnya penggunaan kantong plastik dan kosmetik yang berbahan dasar kelapa sawit.

''Jika masyarakat berpikir untuk mengurangi penggunaan plastik atau berpikir apakah minyak sawit ini dari lahan yang membakar hutan? Maka upaya WWF mulai terlihat,'' ungkap Efransjah.

Ke dua, memengaruhi produsen untuk menerapkan standar lingkungan, tak hanya industri tapi juga pendukung finansialnya. Termasuk meminta bank untuk mencermati pembiayaan. Jika pinjaman digunakan untuk rusak lingkungan, maka jangan didukung.

''Kami tentu ingin bank untung dan tidak anti pembangunan. Jika cara ada jalan yang lebih baik dengan tidak merusak, mengapa tidak,'' kata Efransjah. WWF, lanjut Efransjah, juga mementingkan manusia. Jika habitat rusak maka manusia juga menderita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement