Selasa 30 Sep 2014 00:50 WIB

Rangkaian Peristiwa Politik Direspon Negatif Pelaku Pasar

Hasil voting RUU Pilkada.
Hasil voting RUU Pilkada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rangkaian peristiwa politik nasional direspon negatif dengan tingginya aksi jual oleh pelaku pasar. Struktur kabinet baru dan realisasi janji kampanye menjadi tumpuan harapan membaiknya kondisi dalam negeri yang sehingga //capital inflow// bisa terjadi.

Secara umum, investor, termasuk investor asing, mengamati kondisi ekonomi makro nasional seperti pergerakan  nilai tukar rupiah, inflasi, dan neraca perdagangan dalam menentukan penempatan investasi mereka. Namun, disetujuinya undang-undang pilkada  yang baru cukup menyita perhatian menuai respon negatif pelaku pasar.

Analis pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan beda sikap DPR di akhir masa kabinet lama dan di awal kabinet baru menimbulkan pertanyaan bagaimana kondisi ke depan.  

Semua kebijakan yang memerlukan persetujuan DPR lalu dijadikan ajang adu kuat koalisi akan menimbulkan respon negatif para investor.

''Awalnya pelaku pasar banyak yang berharap kondisi lebih baik setelah pilpres. Tapi kejadian di DPR kemarin memang tidak terduga dan membawa dampak,'' kata Reza, Senin (29/9).

Apalagi, ada dugaan akan ada balas dendam koalisi merah putih  terhadap pemerintahan baru melalui DPR.

Komposisi menteri di pemerintahan Jokowi-JK yang akan terbuka Oktober mendatang menjadi harapan. Apalagi, kata Raza, jika mereka yang dipilih memang memiliki kapabilitas dan profesional.

Hal lain yang diharapkan pelaku pasar tentunya adalah  realisasi janji-janji semasa kampanye.

''Biar bagaimana pun, aksi jual dipicu sentimen yang ada. Melihat  kondisi saat ini, investor lebih memilih mengamankan posisi  dengan menjual saham,'' tutur Reza.

Dari data BEI sepanjang pekan lalu sejak 22 September hingga 26  September, transaksi asing lebih banyak pada aksi jual. Saham  yang dijual mencapai 6,18 miliar lot saham dengan nilai Rp 11,86 triliun. Sementara aksi beli investor asing untuk rentang waktu yang sama hanya sebanyak 3,97 miliar lot saham dengan nilai Rp 8,88 triliun.

Reza mengatakan sulit memprediksi apakah nilai jual saham oleh investor asing akan naik atau sebaliknya. Sebab ini akan bergantung pada sentimen yang berkembang.

''Capital inflow tergantung kondisi nasional. Jika tidak membaik, //outflow// bisa terjadi bertahap,'' kata Reza.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement