Sabtu 13 Sep 2014 21:22 WIB

Berdayakan Umat Lewat UMKM Berbasis Syari’ah

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM), Supri (30) menyerut papan pintu yang akan dijual di rumah produksi miliknya kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (26/6). Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meminta agar para pelaku UKM mening
Foto: Raisan Al Farisi/Republika
Pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM), Supri (30) menyerut papan pintu yang akan dijual di rumah produksi miliknya kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (26/6). Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meminta agar para pelaku UKM mening

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Sumbangsihnya terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar kurang lebih 56 persen.

Untuk  itu, Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) berkomitmen memberdayakan umat Islam melalui UMKM berbasis syariah. Ketua Umum ISMI Ilham Akbar Habibie mengatakan, struktur ekonomi di Indonesia saat ini 99 persennya adalah UMKM.

Sedangkan, mayoritas penduduk di Indonesia adalah Islam. Artinya, pelaku UMKM otomatis sebagian besar adalah muslim. “Maka bicara UMKM otomatis berbicara pemberdayaan umat (Islam),” katanya di sela-sela Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) ISMI di Jakarta, Sabtu (13/9).

Ilham menjelaskan, organisasi yang baru dibentuk setahun yang lalu ini akan fokus untuk membantu dan meningkatkan peranan terhadap UMKM. Hal itu dilakukan untuk memperkuat diri atau umat Islam sendiri dari aspek ekonomi.

Program-program nyata akan dilakukan untuk meningkatkan daya saing. Seperti bantuan permodalan, manajemen, teknologi, marketing dan beberapa poin penting yang lain.

Menurutnya, semua usaha juga harus berjejaring baik dari tingkatan regional, nasional maupun internasional. Dan yang paling penting, kata dia, sebagai pengusaha atau saudagar muslim, aspek syari’ah harus tetap menjadi yang utama dan tidak boleh dilupakan.

Tetapi, ada satu hal yang perlu dicatat juga bahwa melihat kesyariahan itu adalah sesuatu yang universal, plural dan memperhatikan budaya yang lokal. Sebab, lanjut Ilham, semua harus disesuaikan dengan watak, karakter dan budaya Indonesia.

“Jadi itu kita perhatikan dalam konteks bisnis ini,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ini. Ilham mencontohkan, tentang bisnis hotel syariah.

Menurutnya, bisnis perhotelan yang mengacu pada aspek kesyariahan justru merupakan sebuah nilai tambah. Bukan saja buat umat Islam, tetapi, banyak tamu non muslim juga akan senang akan hal itu.

Sebab, dengan tidak adanya alkohol, seluruh makanan yang disediakan juga halal, maka hal itu membuat suasana lebih kondusif dan lebih friendly kepada keluarga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement