Senin 01 Sep 2014 20:54 WIB

Konsistensi Kebijakan Dapat Persempit Kesenjangan Pendapatan

Rep: Satya Festiani/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Seorang lelaki dari keluarga miskin mengangkut anak dan istrinya dengan gerobak di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Selasa (15/4). (foto: Raisan Al Farisi)
Seorang lelaki dari keluarga miskin mengangkut anak dan istrinya dengan gerobak di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan, Selasa (15/4). (foto: Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai kesenjangan pendapatan Indonesia sudah terlampau tinggi. Pemerintahan mendatang diharapkan dapat menjalankan kebijakan pengentasan kemiskinan dengan konsisten sehingga ketimpangan pendapatan dapat dipersempit.

Hal tersebut dikatakan Direktur INDEF, Enny Sri Hartati, Senin (1/9). Enny mengatakan kesenjangan pendapatan di Indonesia lebih tinggi dari kesenjangan pengeluaran. "Jika menghitung menggunakan kesenjangan pendapatan, gini rasio bisa mencapai 0,47 persen," ujar dia.

Gini rasio tersebut harus dapat ditekan menjadi 0 persen. Untuk mencapai hal tersebut, Pemerintahan baru harus konsisten menerapkan kebijakan pengentasan kemiskinan.

Ia mengatakan, sumber pertumbuhan harus dialihkan dari sektor perdagangan ke sektor riil. "Kalau ada konsistensi dari kebijakan itu bukan sesuatu yang mustahil," ujarnya.

Ia meyakini kesenjangan pendapatan dapat ditekan karena Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Industri manufaktur sangat dibutuhkan untuk mengolah sumber daya alam (SDA) dan menyerap sumber daya manusia (SDM). Namun, pembangunan manufaktur tersebut harus merata di seluruh wilayah Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement