REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai inflasi Agustus disebabkan oleh adanya pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Kendati demikian, inflasi Agustus pada tahun ini tercatat lebih rendah dibanding periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi Agustus sebesar 0,47 persen secara bulanan. Angka inflasi ini jauh lebih rendah jika dibandingkan Agustus 2013 sebesar 3,99 persen. Sedangkan secara year to date atau dari Januari-Agustus, inflasi tercatat 3,42 persen.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sesuai dengan survei pemantauan harga hingga minggu kedua Agustus, inflasi masih tercatat sebesar 0,2 persen. Kenaikan inflasi terjadi pada minggu ketiga dan keempat. "Memang ada beberapa dampak dari pembatasn subsidi BBM. Di minggu ketiga itu kelihatan ada beberapa dampaknya yang memang lebih tinggi," ujar Perry, Senin (1/9).
Sebelumnya BI memprediksi tarif angkutan akan mengalami deflasi pada Agustus. Namun, hal itu tidak terjadi. Selain itu, harga ikan juga menyumbang inflasi yang cukup tinggi.
Perry mengatakan, angka inflasi sebesar 0,47 persen masih lebih rendah dari rata-rata historis. Hal itu menyebabkan BI optimis inflasi akhir tahun akan sebesar 5,3 persen karena inflasi September secara musimannya lebih rendah. Ia memprediksikan inflasi September sebesar 4,5 persen yoy.
Namun, risiko tekanan inflasi masih ada. "Kemungkinan ada dampak dari subsidi BBM itu ada tekanan-tekanan seperti itu. Meskipun kita bahagia dengan inflasi yang terkendali tapi kita juga lihat kemungkinan ada risiko-risko yang bisa membawa tekanan inflasi ke depannya naik kembali," ujarnya.