Rabu 20 Aug 2014 12:35 WIB

Korsel Lirik Pasar Asuransi Syariah Asia Tenggara

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Asuransi syariah, ilustrasi
Asuransi syariah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Asia Tenggara tengah dilirik sejumlah perusahaan asuransi Korea Selatan (Korsel). Sebelum menaklukan pasar Asia Tenggara, para analis menyarankan perusahaan asuransi Korsel memahami dulu sistem keuangan berbasis hukum Islam (keuangan syariah).

Peneliti dari Korea Insurance Research Institute (KIRI), Jeon Yong-sik mengatakan, Asia Tenggara mempunyai populasi Muslim terbesar. Terlebih Indonesia dan Malaysia tengah menggiatkan ekonomi Islam.

"Memahami praktik keuangan Islam di regional Asia Tenggara, terutama di Indonesia dan Malaysia, merupakan kunci kesuksesan bisnis perusahaan asuransi Korea," kata Jeon seperti dikutip Koreatimes, Selasa (18/8).

Setelah membuka pasar di Vietnam 2009 lalu, Hanwha Life Insurance juga akan membuka kantor di Indonesia pada Oktober mendatang di mana peluang pasar bagi perusahaan asuransi asing terbuka hingga 50 persen.

LIG Insurance juga terus membuka cabang di Jakarta, Bandung dan Surabaya setelah mulai beroperasi di Indonesia sejak 1997. Asia Tenggara jadi pasar yang menggiurkan bagi banyak industri.

Malaysia menjadi pemain utama dalam industri keuangan syariah. Sementara Indonesia, negeri dengan populasi Muslim terbesar, sering disebut 'raksasa tidur' dalam bidang industri.

Industri asuransi syariah di kedua negara itu setara dengan sepertiga industri asuransi dunia atau senilai 11 miliar dolar AS dan terus tumbuh rata-rata 35 persen per tahun sejak 2005.

Sistem asuransi syariah memungkinkan para pesertanya untuk saling membantu. Larangan adanya bunga dan ketidakpastian harus diperhatikan. Investasi beretika, tidak spekulatif dan tidak melanggar nilai-nilai dalam Alquran harus dijalankan.

"Jika berpijak pada semua itu, perusahaan asuransi Korea harusnya bisa percaya diri meluaskan bisnisnya dengan format berbeda namun tetap berbasis syariah," kata Jeon.

Jeon menyarankan para pengusaha asuransi untuk segera mengambil kesempatan ini dan secepatnya belajar praktik keuangan syariah. Sebab jika gagal, mereka tak akan memenangkan kepercayaan konsumen dan gagal mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement