Rabu 20 Aug 2014 10:51 WIB

Swasta Dongkrak Utang Luar Negeri RI

Rep: satya festiani/ Red: Taufik Rachman
Bank Indonesia
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Utang luar negeri (ULN) Indonesia mencatatkan kenaikan menjadi 284,9 miliar dolar AS, meningkat 8,6 miliar dolar AS atau 3,1 persen dibandingkan posisi akhir triwulan I-2014. Utang swasta masih menjadi penyebab kenaikan utang.

Posisi ULN Indonesia pada akhir Juni 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 131,7 miliar dolar AS atau 46,2 persen dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 153,2 miliar dolar AS atau 53,8 persen dari total ULN. Posisi ULN kedua sektor tersebut masing-masing meningkat 0,9 persen dan 5,1% persen dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2014 sebesar 130,5 miliar dolar AS dan 145,7 miliar dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, peningkatan posisi ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan nonresiden atas surat utang yang diterbitkan baik oleh sektor swasta, yakni sebesar 4,2 miliar dolar AS dan sektor publik yang sebesar 1,2 miliar dolar AS serta pinjaman luar negeri sektor swasta yang sebesar 1,6 miliar dolar AS. "Pinjaman luar negeri sektor swasta melampaui turunnya pinjaman luar negeri sektor publik yang sebesar 0,8 miliar dolar AS," ujar Tirta.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, posisi ULN meningkat 26,9 miliar dolar AS atau 10,4 persen. Peningkatan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan pinjaman luar negeri sektor swasta serta surat utang sektor publik dan sektor swasta.

 

Peningkatan utang membuat rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 32,33 persen pada triwulan I-2014 menjadi 33,86 persen pada Juni 2014. Sementara itu, debt service ratio (DSR), yaitu rasio total pembayaran pokok dan bunga ULN relatif terhadap total penerimaan transaksi berjalan meningkat dari 46,42 persen pada triwulan sebelumnya menjadi 48,28 persen pada Juni 2014.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement