Selasa 12 Aug 2014 16:59 WIB

Konferensi Jadi Tolak Ukur Pengetahuan Ekonomi Syariah

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Julkifli Marbun
Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: aamslametrusydiana.blogspot.com
Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Sejak lama pertumbuhan industri keuangan syariah selalu diukur dengan peningkatan aset.

Padahal menurut Islamic Finance Development Indicator (IFDI), faktor kesadaran berperan penting dalam keberlanjutan ekonomi syariah di sebuah negara. Tolak ukurnya berupa Konferensi, Seminar dan Pemberitaan.

IFDI mencatat di 2013, jumlah konferensi keuangan syariah melonjak 41 persen, dari 76 di 2012 menjadi 107 acara.

Dengan 36 negara yang menjadi tuan rumah dimana meningkat juga dari tahun sebelumnya hanya 25 negara.

Sementara seminar juga meningkat 17 persen dari 106 di 2012 menjadi 124 acara di 2013. Dengan peningkatan acara konferensi yang lebih signifikan menunjukkan ada permintaan besar untuk mengetahui dan terlibat langsung dalam ekonomi syariah.

Tiga negara utama yang berulang kali menggelar konferensi, yaitu Malaysia, Inggris dan Uni Emirat Arab memperlihatkan sebuah fenomena. Dimana negara-negara itu ingin menjadi hub utama industri keuangan syariah global.

Dari 107 konferensi, 22 persen diadakan di Malaysia. Sementara UEA menggelar 11 konferensi diikuti Inggris (8) dan Bahrain (6). Seminar juga paling banyak di gelar Malaysia mencapai 28 acara. Kemudian Inggris (19) dan Oman (10).

Dua negara yang baru saja mengembangkan ekonomi syariah, yaitu Maroko dan Tajikistan juga serius menggelar konferensi dan seminar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement