Senin 11 Aug 2014 16:39 WIB

Perbankan Syariah di Indonesia Belum Capai 'Economic of Scale'

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan Syariah
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perbankan Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia patut berbangga karena perbankan syariah dalam negeri telah menduduki peringkat 5 terbesar dunia. Indonesia berdiri dibawah Iran, Malaysia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Namun satu hal yang mengkhawatirkan adalah Indonesia akan menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Meski keterbukaan industri perbankan baru terjadi di 2020 namun tak bisa dianggap enteng. Apalagi saat ini belum ada bank syariah yang bisa menduduki posisi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3. BUKU III memiliki modal Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun.

Pengamat ekonomi syariah, M Nadratuzzaman Hosen mengatakan Indonesia khususnya perbankan syariah butuh bank besar untuk pasang badan. Lebih tepatnya ketika berhadapan dengan bank raksasa konvensional. Satu hal yang perlu diketahu menjelang 2020, menurut dia hanya bank besar yang bisa bertahan.

Sementara berdasarkan hasil kajiannya, menurut Direktur Eksekutif Islamic Banking and Finance Institute Universitas Trisakti ini rata-rata bank syariah belum memenuhi economic of scale. Dengan kata lain masih sangat minim bank syariah yang bisa memberikan angka pembiayaan yang murah.

Ia menuturkan, ada satu petunjuk yang memperlihatkan bank syariah belum memenuhi economic of scale. Contohnya yaitu jika bank konvensional yang telah efisien ketika membuka cabang maka keuntungannya meningkat. Sementara di saat yang sama jika bank syariah membuka cabang maka keuntungannya menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement