Rabu 06 Aug 2014 18:53 WIB

Pengamat Energi : Lebih Baik Harga BBM Naik Daripada Dibatasi

Rep: Meilani Fauziah/ Red: Maman Sudiaman
Pengamat perminyakan Kurtubi
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pengamat perminyakan Kurtubi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat energi, Kurtubi menilai pelarangan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) di area jalan tol tidak efektif. Pemerintah lebih baik menaikkan harga daripada membatasi penjualan.

"Pembatasan  ini kebijakan yang tidak efektif, kontradiktif, dan sia-sia," katanya kepada Republika, Rabu (6/8).

Pembatasan pemakaian BBM pada kuota tertentu dianggap bertentangan dengan hukum ekonomi. Ketika terjadi pertumbuhan ekonomi, maka otomatis konsumsi BBM akan meningkat. "Konsumsi BBM pada 2013 realisasinya 46,6 juta kiloliter. Nah ketika 46 juta kiloliter berarti  dikunci lebih rendah dari tahun sebelumnya," kata Kurtubi.

Ketika BBM dibatasi, sebagian masyarakat harus pindah menggunakan bahan bakar jenis lain yang notabene lebih mahal. Mereka  yang biasa membeli solar dengan harga Rp 5.500 per liter, kini harus membeli dengan harga Rp 12.500 per liter.

"Daripada kenaikan sangat besar, mendingan naik Rp 1.000-Rp 2.000 per liter. Yang penting kenaikan rata dan tidak ada pembatasan," kata Kurtubi.

Dia menilai, kabinet Susilo Bambang Yudhoyono juga dinilai tidak lagi mempunyai kepentingan politik jika menaikkan harga saat ini. Dengan menaikkan harga, pemerintahan baru tidak akan  terlalu terbebani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement