REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai industri jasa keuangan di Indonesia masih berada dalam kondisi baik. Meskipun sempat mengalami pelemahan, pasar keuangan sudah kembali stabil.
"Pasar keuangan sempat mengalami pelemahan pada Juni sejalan dengan aksi tunggu investor terkait perkembangan politik dalam negeri," kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB OJK Lucky FA Hadibrata, Kamis (17/7).
Aktivitas perdagangan saham saat ini cenderung meningkat. Hal ini didukung kondisi politik yang cukup kondusif. Lucky mengatakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat pertumbuhan tertinggi di kawasan, yaitu 17,7 persen sampai Rabu (16/7).
Nilai tukar rupiah juga terapresiasi 4,9 persen pada level Rp 11.580 per dolar AS. Kinerja pasar surat berharga negara (SBN) juga menguat dengan rerata 31 basispoin.
Produk pasar modal seperti reksa dana, juga menunjukkan perkembangan yang positif. Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana mengalami peningkatan menjadi Rp 210 triliun.
"Hal ini didorong oleh net subscription yang cukup besar," kata Lucky.
Kondisi likuiditas perbankan juga masih terjaga. Hal ini tercermin dalam rasio Aset Likuid/Non Core Deposit (AL/NCD) masih memadai untuk mengantisipasi potensi penarikan dana pihak ketiga (DPK), terutama menjelang lebaran.
Faktor yang masih perlu mendapat perhatian adalah kemungkinan pembalikan arah kebijakan moneter di Amerika Serikat. "Juga kenaikan harga minyak sebagai imbas dari eskalasi politik di Timur Tengah dan Ukarina," kata Lucky.