REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilu tidak hanya berdampak pada memanasnya situasi politik dalam negeri. Tapi juga pada pertumbuhan industri elektronik Indonesia. Menurut lembaga riset GFK, pada bulan April industri elektronik nasional turun dua persen secara keseluruhan dibanding tahun lalu.
Kondisi ini berpengaruh pada bisnis Electronic Solution dan Home Solution. Head of Marketing Electronic Solution Willy Sutanto mengungkapkan, perusahaan terpaksa merevisi target pertumbuhannya tahun ini.
"Kita harapkan tahun ini ada kenaikan 11 persen, cuma sekarang ada koreksi jadi 7-8 persen," ujarnya di Jakarta, Jumat (4/7).
Pemilu diakui Willy sebagai faktor utama melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Yang akhirnya berujung pada merendahnya daya beli dan daya serap masyarakat terhadap barang elektronik. Mereka umumnya, lanjut Willy, menunggu hingga harga turun.
"Apalagi investor juga menahan, cenderung semuanya menunggu," tambahnya.
Padahal melihat catatan, sepanjang bulan April-Juni tahun ini harus bisa menggenjot angka penjualan barang elektronik. Mengingat sepanjang ini ada tiga momen besar yang sedang terjadi, libur sekolah, piala dunia dan menjelang lebaran.
"Namun secara keseluruhan masih bertumbuh lima persen, masih ada peluang bagi kami untuk meningkatkan pasar," ujar Willy.