REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan beberapa bank telah menyuntikkan modal ke bisnis syariahnya. Dua perusahaan telah menyetor modal ke bank syariahnya. Di semester kedua akan ada dua bank induk lagi yang menyuntikkan modal ke anak usaha syariah.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK mengatakan dua bank yang sudah menyetor modal ke bisnis syariahnya masing-masing sebesar Rp 300 miliar dan Rp 50 miliar. "Nanti di semester dua akan masuk Rp 500 miliar dan Rp 200 miliar," kata Edy.
Suntikan dilakukan dalam rangka memperkuat modal bank syariah di tengah pengetatan pertumbuhan perbankan. Induk usaha bank syariah kini mulai melihat modal 8-10 persen saja tidak cukup untuk pengembangan bisnis syariah.
Pertumbuhan bank syariah beberapa kuartal terakhir tidak begitu menggembirakan. Pertumbuhan aset bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) hingga April 2014 hanya 17,5 persen menjadi Rp 244,3 triliun. Pertumbuhan itu lebih rendah bila dibandingkan akhir 2013 sebesar 24,3 persen.
Pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia pun relatif stagnan, yaitu hanya 4,88 persen. Ini yang perlu diantisipasi induk usaha dalam menjaga bisnis syariahnya melalui suntikan modal. "Mekanismenya bisa secara organik, seperti induk tidak bagi dividen tapi langsung diberikan untuk modal anak usaha," kata Edy.
OJK juga melihat belum perlunya pengaturan financing to deposit ratio (FDR) untuk bank syariah. Seperti diketahui, FDR rata-rata bank syariah di atas 10 persen.
Bank syariah dinilai masih memerlukan ruang untuk berkembang. Meski pun tidak diatur, regulator tetap melihat kesehatan bank melalui tingkat rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF). Rata-rata NPF nett bank syariah saat ini berada di level 3,5 persen. Ada yang sudah di atas empat persen, namun itu adalah NPF gross.
Kalau pun ada bank yang rasio pembiayaan bermasalahnya di atas empat persen dan FDR terlalu tinggi, regulator telah memberikan peringatan untuk menurunkannya. "Jadi per individu bank saja," kata Edy.
Terkait permodalan, sebelumnya Direktur PT Bank Muamalat Tbk Luluk Mahfudah menyatakan perseroan telah mendapatkan suntikan modal senilai Rp 1,3 triliun. Hal ini dinilai perseroan mencukupi untuk bisnis sampai dua tahun ke depan. "Jadi untuk pelaksanaan pencatatan saham perdana bisa ditunda," kata Luluk.