REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Indonesia ditargetkan menjadi negara industri tangguh pada 2035 dengan kontribusi sebesar 29 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Pembangunan industri menjadi sangat penting untuk memberi nilai tambah, penyediaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahtaraan rakyat," kata Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Anshari Bukhari, di Kuta, Bali, Ahad (15/6).
Pada forum diskusi kelompok (FGD) tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) itu, ia mengatakan kendati Indonesia merupakan negara agraris, tetap diperlukan pembangunan industri untuk memberi nilai tambah pada produk pertanian, agar bisa meningkatkan kesejahtaraan masyarakat, di samping penyediaan lapangan kerja.
"Negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sekalipun, tetap mengembangkan pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya," ujar Anshari.
Namun, tambahnya, untuk menjadi negara maju mereka membangun industrinya, sehingga kini yang bekerja di sektor pertanian hanya sekitar tiga persen di Amerika Serikat, dan beberapa persen saja di Jepang.
Oleh karena itu, Anshari menilai pembangunan industri nasional ke depan harus mendapat perhatian yang serius dengan keterlibatan pemerintah yang lebih intensif, tidak hanya pada kebijakan tapi juga pembangunan sarana dan prasarana.
Selama ini, lanjut dia, banyak pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan industri dibangun oleh swasta. "Ke depan, peran pemerintah harus betul-betul berperan dalam pembangunan industri, bukan hanya diserahkan pada mekanisme pasar," kata Anshari.