REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mensinyalkan akan mempertahankan BI rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang akan dilaksakan besok. BI masih akan mempertahankan kebijakan moneter ketat untuk mencapai angka defisit transaksi berjalan yang rendah.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kebijakan moneter bergantung pada data transaksi berjalan saat ini dan estimasinya ke depan. Data kuartal I tercatat membaik.
Tetapi ke depan, berdasarkan musimnya, transaksi berjalan diprediksikan tertekan pada kuartal II dan III. "Ini masih menjadi faktor yang menjadi pertimbangan kebijakan moneter," ujarnya, Rabu (11/6).
Ia menjelaskan, kebijakan moneter terbatas pada suku bunga dan nilai tukar. Sedangkan untuk nilai tukar, BI membiarkan rupiah bergerak tergantung pasar.
"Jadi memang kalau ditanya apakah kebijakan moneter akan tetap, saya rasa pesannya adalah kebijakan moneter masih tight bias," ujarnya.
Kebijakan moneter BI akan tetap ketat hingga defisit transaksi berjalan turun ke angka 2-2,5 persen dari PDB. Hal itu diperkirakan akan tercapai pada 2015. Mirza mengatakan, defisit transaksi berjalan tahun ini diperkirakan sekitar tiga persen dari PDB.
Tantangan lain yang menyebabkan kebijakan moneter masih ketat adalah inflasi. Menjelang lebaran, inflasi akan meningkat. Ditambah lagi dengan ancaman badai elnino. "Inflasi sekitar lima persen tapi ada lagi kenaikan tarif dasar listrik," ujarnya.