REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyatakan sekarang ini sudah terjadi adanya harga pupuk 'liar'. Padahal, kata dia, yang dijual adalah pupuk bersubsidi.
"Harga pupuk urea nonsubsidi sekarang sudah mencapai Rp 4.500 per kilogram, kalau tidak segera disikapi pemerintah, harga pupuk 'liar' akan terus bermunculan karena adanya spekulan yang bermain dan memanfaatkan kesempatan," katanya disela-sela persiapan Pekan Nasional (Penas) XIV KTNA di Kabupaten Malang, Jumat (6/6).
Ia mengakui munculnya harga pupuk liar tersebut terjadi akibat adanya pemangkasan kuota pupuk bersubsidi, dari 9,7 ton menjadi 7,76 juta ton, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi petani diberlakukan sistem relokasi.
Winarno mencontohkan pada saat kebutuhan Januari ternyata kurang, maka diambilkan dari stok jatah bulan berikutnya. Karena jatah pada bulan berjalan diambil terus untuk memenuhi kebutuhan bulan sebelumnya, diperkirakan stok pupuk bersubsidi hanya akan mencukupi kebutuhan petani hingga September atau Oktober mendatang.
Oleh karena itu, kata Winarno, sebelum masa pemerintahan sekarang berakhir, harus sudah ada solusinya, seperti dianggarkan dalam APBN Perubahan, meski sebenarnya kurang yakin bisa terealisasi karena terjadi defisit anggaran. Selain itu, solusi lain yang mungkin bisa dilakukan adalah menaikkan harga pupuk bersubsidi, yakni dari harga Rp 1.800 per kg, dinaikkan menjadi Rp 2.000 per kg.