Kamis 05 Jun 2014 18:37 WIB

Defisit Penyebab Nilai Tukar Lemah

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Rupiah
Foto: Prayogi/Republika
Rupiah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah semakin hari semakin melemah. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS per 5 Juni 2014 mencapai Rp 11.874.

Ekonom Standard Chartered Indonesia Fauzi Ichsan menilai, pelemahan nilai tukar didorong oleh masih defisitnya neraca perdagangan nasional. "April ini defisitnya mencapai 1,9 miliar dolar AS," kata Fauzi di Jakarta, Kamis (5/6).

Defisit itu dinilainya akan terus terjadi sampai akhir tahun. Salah satu penyebabnya adalah anjloknya harga kelapa sawit, sehingga, ekspor nasional tertekan.

Pada triwulan kedua, defisit diperkirakan akan melebar. Fauzi melihat defisit bisa mencapai lima sampai enam miliar dolar AS. "Tahun lalu harga kelapa sawit naik karena Malaysia gagal panen. Tampaknya sekarang kondisinya sudah berbalik normal sehingga harganya turun," ujar Fauzi.

Dengan defisit yang besar, pemerintah saat ini tidak bisa berbuat banyak. Pemerintah bisa saja mengatasinya dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun, hal tersebut tidak mungkin dilakukan mengingat 2014 merupakan tahun pemilu. Sehingga, impor minyak dan gas akan tetap tinggi.

Pemerintah juga tidak akan merevisi aturan larangan ekspor mineal dan batubara (minerba). Sehingga, defisit perdagangan akan berlangsung cukup lama.

Sampai akhir tahun ini, defisit neraca perdagangan diperkirakan mencapai 25 miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu sebesar 29 miliar dolar AS. "Penurunan defisit ini dalam era yang lebih sulit karena bank sentral AS menaikkan suku bunga," kata Fauzi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement