Kamis 15 May 2014 20:33 WIB

Nabiel: Kementrian ESDM Lamban Kembangkan Kemisi Sunan

Rep: Budi Raharjo/ Red: Maman Sudiaman
Pohon Kemiri Sunan atau Aleurites Trisperma.
Foto: Blogspot.com
Pohon Kemiri Sunan atau Aleurites Trisperma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebutuhan energi nasional dari tahun ke tahun terus meningkat. Sementara itu, sumber daya alam khususnya minyak bumi yang ada kian menipis. Karena itu diperlukan pengembangan energi alternatif.

Menurut anggota Komisi IV DPR Habib Nabiel Almusawa, pengembangan tanaman kemisi sunan menjadi alternatifnya. Kemiri Sunan memiliki keunggulan tidak busuk, tidak mengganggu pasokan pangan. Selain itu, kualitas rendemen menjadi biodiesel mencapai 50 persen, masa panen sekitar 4-8 tahun terhitung sejak mulai ditanam. Panennya menghasilkan 13-16 ton per hektare yang bisa menghasilkan 6-8 ton minyak.

Menurutnya, tanaman ini juga bisa tumbuh di mana saja. “Kementerian ESDM sudah tahu itu tapi lambat menindaklanjutinya,” kritik Nabiel, Kamis (15/5).

Kemiri Sunan merupakan tanaman keras yang  bisa tumbuh di mana saja, termasuk lahan eks tambang. Pemerintah, Nabiel menyatakan, semestinya mengundang semua perwakilan perusahaan tambang di Tanah Air dan kemudian meminta komitmen mereka untuk mengoptimalkan lahan eks tambang. Pengusaha diminta komitmennya untuk mengoptimalkan sekian hektare lahan eks tambangnya untuk ditanami Kemiri Sunan.

Karena itu, pemerintah membutuhkan lahan yang luas untuk menanam Kemiri Sunan. Untuk kebutuhan lahan ini tidak bijaksana bila pemerintah membabat hutan atau mengalihfungsikan lahan pangan dan perkebunan. “Jadi yang paling mungkin adalah dengan memanfaatkan lahan eks tambang,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement