REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2014 tercatat 5,21 persen, berada di bawah target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 5,7 persen. BI menekankan perlambatan tersebut tidak disebabkan oleh kebijakan moneter ketat.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perlambatan ekonomi disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor tambang mineral dan batu bara. "Yang kita harapkan terjadi ekspor, sampai sekarang belum terjadi ekspor minerba," ujar Perry, Kamis (8/5).
Perlambatan disebabkan oleh penerapan pelarangan ekspor hasil tambang mentah oleh pemerintah sejak 12 Januari 2014. BI pada awalnya memperkirakan penurunan ekspor untuk mineral mentah mencapai 1,8 miliar dolar AS. "Tapi melihat kondisi seperti ini diperkirakan menjadi 3,8 miliar dolar AS," ujarnya.
Di sisi lain, permintaan domestik masih tumbuh dengan baik. Konsumsi rumah tangga masih tumbuh 5,1 persen. Investasi juga masih meningkat 5,13 persen. "Investasi nonbangunan pun sudah mengalami peningkatan," ujarnya.
Sementara itu, hal-hal yang menyebabkan target pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tidak tercapai menyebabkan BI merevisi pertumbuhan ekonomi dari 5,5-5,9 persen menjadi 5,1-5,5 persen. Penyebab utama revisi adalah dari sisi ekspor rill yang melambat drastis dari perkirakan sebesar 8,1-8,5 persen menjadi hanya 1,5-1,9 persen.
Perry mengatakan, perlambatan ekonomi Cina juga memberikan pengaruh karena 20 persen pangsa pasar ekspor Indonesia adalah ke Cina. Hal selanjutnya adalah penurunan harga komoditas andalan Indonesia, seperti tembaga 8,1 persen, batubara yang turun 5,2 persen dan karet yang mencapai 15,6 persen.