REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Inflasi di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur sepanjang April 2014, terendah dibandingkan 82 kota lainnya di Indonesia, kata Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Kota Samarinda, Edy Mariansyah, Rabu.
"Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang April 2014, dari 82 kota di tanah air, Kota Samarinda mengalami inflasi terendah yakni sebesar 0,01 persen. Meskipun idealnya inflasi per bulan pada kisaran 0,03 sampai dengan 0,05 persen, namun kondisi ini menggambarkan masih adanya daya beli masyarakat," ujar Edy pula.
Inflasi di Kota Samarinda, katanya lagi, terjadi terutama karena kenaikan harga pada beberapa komoditas, yaitu bahan makanan seperti umbi-umbian dan padi-padian yang mencapai -0,34 persen, dan bahan makanan lain sebesar 0,11 persen.
Selain itu, kenaikan harga perumahan 0,12 persen, kesehatan -034, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,05, serta transpor dan komunikasi sebesar 0,12 persen.
Selanjutnya, Edy Mariansyah juga menjelaskan bahwa sebagai pengendalian terhadap laju inflasi di Kota Samarinda ini, melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah dilakukan langkah-langkah koordinasi dengan instansi terkait.
"Disperindagkop Provinsi Kaltim, Bulog, dan PT Pelindo berkoordinasi untuk melakukan pengawasan harga bahan pokok dan barang strategis serta menjaga kelancaran distribusinya," kata Edy lagi.
Disperindagkop Kota Samarinda, lanjut dia, terus melakukan monitoring perkembangan harga pada pusat-pusat pasar observasi, seperti Pasar Pagi, Pasar Segiri, dan Pasar Sungai Dama, termasuk pemantauan persediaan bahan-bahan pokok pada tingkat distributor.
"Intinya, koordinasi dengan seluruh jajaran TPID khususnya Bank Indonesia tetap terus dilakukan terkait hal-hal yang menyebabkan terjadi inflasi tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya," ujar Edy Mariansyah.
Selain Kota Samarinda, inflasi terendah juga terjadi di Jember, sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Pangkalpinang yaitu 1,57 persen.