REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah terbesar di Uni Emirat Arab, Dubai Islamic Bank (DIB) berencana menginjakkan kaki di negara dengan komunitas Islam terbesar, Indonesia. Hanya saja mereka takkan membuka cabang atau mendirikan sebuah bank.
DIB memilih untuk menjadi mitra strategis dengan mengakuisisi saham perbankan syariah lokal. Sebelumnya Bank Islam Malaysia juga berhasrat untuk mengakuisisi saham bank syariah di Indonesia.
Menurut pengamat ekonomi syariah, Adiwarman Karim, jika investor asing benar-benar masuk, maka mereka akan mendapat pasar perbankan syariah terbaik di dunia. Ia menyatakan ada beberapa faktor yang membuat Indonesia layak disebut pasar terbaik di dunia.
Faktor pertama karena penduduk muslim Indonesia yang begitu besar. Selain itu pertumbuhan bank syariah, yang meski melambat, namun cenderung cukup besar dibandingkan negara lain.
Selain itu peraturan yang cenderung longgar. Artinya Indonesia adalah negara yang ramah terhadap investor asing. Belum lagi kini Indonesia masuk 10 besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sehingga ekspor-impor meningkat dan perjalanan manusia ke luar negeri juga meningkat. ''Indonesia itu terlalu seksi,'' tutur dia kepada ROL, Rabu (7/5).
Namun jika melihat kondisi saat ini, ia menilai masuknya bank asing tak terlalu banyak memberi manfaat. Kecuali, tambah dia, dari sisi modal. Padahal Indonesia sudah cukup memiliki modal, teknologi dan Good Corporate Governance. Standar, tutur dia juga sudah sesuai dengan internasional. ''Mungkin kalau awal tahun 1990-an pengalaman dan benchmark asing sangat berguna,'' tutur dia.