REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa menegaskan meski penggunaan biodiesel berhasil menghemat hingga 500 juta dollar AS di 2013, tetapi hingga saat ini penggunaanya belum benar-benar optimal. Salah satu kendala selain harga biodiesel adalah infrastrukturnya. Terutama di kawasan Indonesia timur.
“Masih ada yang belum dilayani terutama di Indonesia timur, betul. Kendalanya infrastruktur karena diperlukan blending,” katanya di kantor wakil presiden, Rabu (16/4).
Ia mengatakan di Indonesia timur banyak menggunakan biodiesel baik untuk pembangkit listrik ataupun sektor swasta seperti pertambangan dan perkebunan. Karena itu, hal tersebut harus disokong dengan adanya infrastruktur yang memadai. “Harus disesuaikan dengan pembangunan infrastrukturnya seperti blending system yang memang harus kita akui belum terbangun dan saat ini sedang dibangun,” katanya.
Menurutnya, penggunaan biodiesel saat ini masih sesuai target dan koridor yang ditetapkan pemerintah. Dikatakannya, sesuai mandatori, dalam Paket Kebijakan Stabilisasi Dan Pertumbuhan Ekonomi, yang terbit September 2013 lalu mengharuskan penggunaan biodiesel sebesar 10 persen.
Hatta mengatakan masih diperlukan perencanaan yang lebih lanjut dalam pemenuhan infrastruktur untuk bisa memuluskan penggunaan 10 persen biodiesel tersebut. Karena, pemerintah menargetkan di 2014 ini penggunaan biodiesel bisa mencapai 20 persen sehingga bisa menghemat hingga 3 juta dolar AS.
“Dilaporkan juga pihak-pihak swasta saat ini sedang membangun blending-nya. Kita harapkan full speed pada semester 2014 ini, terutama pada pihak-pihak swasta,” katanya.
Hatta mengatakan dengan semakin gencar dan seriusnya pemerintah menggunakan biodiesel ini, maka diharapkan dalam jangka panjang bisa mengurangi ketergantungan pada impor solar. Selain itu, bisa juga mengurangi pengurasan defisa dan memperbaiki current account deficit serta mengurangi subsidi. “Tapi yang paling penting lagi, kita menggunakan energy terbarukan, bukan energi fosil,” katanya.