REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS melemah terhadap euro pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah risalah pertemuan terakhir Federal Reserve menunjukkan sikap "dovish" di antara para pembuat kebijakan.
Dalam rincian diskusi dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18-19 Maret, tidak ada tanda-tanda kekhawatiran tentang inflasi dan sedikit perbedaan tentang prospek kenaikan suku bunga, masih terlihat hanya pada akhir 2015.
"Di luar kesepakatan luas untuk terus mengurangi laju pembelian asetnya, sebagian besar anggota FOMC masih terlihat ingin mendukung kelanjutan dari kebijakan akomodatif Fed yang luar biasa untuk beberapa waktu lagi," kata Ian Shepherdson dari Pantheon Macroeconomics.
Pada pukul 21.00 GMT (Kamis pukul 04.00 WIB), euro berada di 1,3852 dolar, dibandingkan dengan 1,3797 dolar pada Selasa sore.
Baruch Spier dari DailyFX menyatakan bahwa risalah memperlihatkan beberapa pejabat FOMC tampak khawatir bahwa komite memperkirakan kecepatan berlebihan pada setiap kenaikan suku bunga.
Selain itu, ia mengatakan, "risalah pertemuan tersebut gagal untuk mendukung pernyataan ketua Fed (Janet) Yellen bahwa kenaikan suku bunga dapat dimulai enam bulan setelah pelonggaran kuantitatif berakhir."
Risalah justru mendukung pandangan bahwa pernyataan "enam bulan" Yellen setelah pertemuan FOMC, yang mengirim dolar terbang, "lebih dari sebuah respon spontan terhadap para reporter daripada perhitungan jadwal waktu," kata Spier.
Yen melemah setelah melompat besar pada Selasa didukung komentar "hawkish" dari bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ).
Dolar naik menjadi 101,97 yen dari 101,75 yen, sementara euro mencapai 141,26 yen, naik dari 140,44 yen.
Pound Inggris melanjutkan kenaikannya, bertambah menjadi 1,6792 dolar dari 1,6749 dolar. Dolar merosot menjadi 0,8795 franc Swiss dari 0,8832 franc.