Senin 24 Mar 2014 13:22 WIB

Tiga Tantangan Besar Industri Gas Alam Global

Rep: Elba Damhuri/ Red: Indira Rezkisari
Pipa yang mengalirkan gas alam dari Mesir ke Israel
Foto: JTA
Pipa yang mengalirkan gas alam dari Mesir ke Israel

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Industri gas alam dan LNG telah memasuki era keemasan baru di tengah lesunya perekonomian global. Pada periode ini pasar baru terbentuk, permintaan makin tinggi, suplai meningkat, dan industri-industri terkait pun tumbuh signifikan.

Atas dasar perkembangan ini, Menteri Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Korea Selatan Yoon Sangjik, mengatakan produsen dan konsumen gas menghadapi setidaknya tiga tantangan serius yang harus diatasi.  "Jika kita bisa melalui tantangan ini maka semua pihak akan mendapat keuntungan besar," kata Yoon di Seoul, Senin (24/3).

Tantangan pertama, Yoon menyebut struktur harga gas dan kontrak-kontraknya harus dibuat lebih fleksibel. Pasar gas di Asia Timur dan Tenggara terbentur tidak fleksibelnya kontrak gas dan ketatnya harga.

Yoon mendorong agar gas diperdagangkan secara bebas untuk mencapai titik efisiensinya. "Ini mengingat potensi pasar dan ekspansi gas masih besar di Asia," kata dia saat pembukaan Konferensi dan Pameran Gastech 2014

Kedua, kerja sama global harus dimajukan lebih intensif terutama untuk pengembangan pasar dan berbagi teknologi. Kerja sama teknologi dan konvergensi dengan industri-industri terkait menjadi sangat penting di sini.

Terakhir, Yoon menyebut perlunya model kerja sama saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Pada tantangan ini, kata dia, ada kerja sama erat kedua belah pihak untuk menciptakan kesempatan bisnis baru yang saling menguntungkan.

Yoon memberi contoh keberhasilan Korea di Uzbekistan di mana perusahaan Korea aktif berpartisipasi dalam Pembangunan pabrik gas dan kimia. Juga, Kogas, perusahaan Korea itu, mengembangkan lapangan-lapangan gas di negeri pecahan Uni Soviet itu.

"Momentum Konferensi Gastech ini bisa kita jadikan arena untuk mengambil langkah besar bagi kemajuan industri gas di masa depan," kata Yoon.

Konferensi diikuti sekitar 2.000 eksekutif dan CEO perusahaan migas dan bisnis terkaitnya. Juga, ratusan perusahaan migas, pengapalan, petrokimia, dan teknologi minyak.

Dari Indonesia, Pertamina hadir pada konferensi ini dengan membuat booth di arena acara pameran. Selain Pertamina, ada SKK Migas dan PT PGN yang berpartisipasi.

Sekretaris Perusahaan PT Nusantara Regas, anak usaha Pertamina, Susilawati D Natawilaga mengatakan sebagai salah satu perusahaan migas terbesar di dunia, Pertamina pun hadir pada acara ini.

Pertamina merupakan produsen gas terbesar kesembilan di dunia di bawah Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Arab Saudi, Iran, dan lain-lainnya. Produksi gas alam Indonesia mencapai tiga persen dari total produksi dunia. Pertamina menjad pemasok utama gas alam bagi dua negara besar di Asia, yakni Korea Selatan dan Jepang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement